banner 728x250

Riezky Aprilia : Merdeka Dalam Keprihatinan

LUBUKLINGGAU, Beligatupdate.com – Politisi muda yang merupakan Srikandinya Kota Lubuklinggau saat ini, Riezky Aprilia memiliki pandangan tersendiri terkait Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-72 tahun. Merdeka dari penjajahan oleh bangsa lain memang adalah hal yang patut disyukuri oleh seluruh lapisan masyarakat. Kemeriahan menyambut 72 tahun kemerdekaan telah digaungkan dengan menyiapkan seribu satu macam kegiatan.

“Pesta Kemerdekaan telah dirancang sedemikian rupa untuk melupakan sesaat bahwa bangsa ini masih dalam kondisi keprihatinan yang luar biasa,”kata Kiki, Rabu (16/08).

Lebih lanjut kata Riezky Aprilia, Founding Father kita pun dari jauh hari sudah pernah mengingatkan bahwa ‘Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri’, seperti juru ramal yang mampu membaca masa yang akan datang apa yang diucapkan oleh Bung Karno.

“Negara kaya yang tidak pernah menjadi tuan atas tanahnya sendiri, atas kekayaannya sendiri, Sumber Daya Manusia dengan angkatan muda terbesar tapi tidak percaya diri. Apakah layak kita merayakan segala kekurangan kita? Dengan 1001 permasalahan kesejahteraan, degradasi moral dan degradasi budaya, sadarkah para kaum muda Indonesia beban mereka sangat berat di masa yang akan datang,”ujarnya.

Oleh karena itu, para pejuang kemerdekaan mengorbankan nyawa untuk mengangkat derajat bangsa ini, tetapi realita sekarang para kaum muda dari generasi instant dan serba ada ini harus berani mengakui ternyata berjuang itu susah, untuk berpikir keras saja para angkatan muda ini malas, memang tidak semua tapi mayoritas demikian.

“Kota Lubuklinggau khususnya dengan jumlah angkatan muda yang tinggi seharusnya mampu bangun di tengah segala keterbatasan, namun keterbatasan dibuat menjadi penghalang. Budaya ‘proposal dana kegiatan’ menjelang 17 Agustus adalah ‘bisnis’ yang menggiurkan dan menjanjikan, apabila berpikir jauh, ini saatnya menunjukkan bahwa generasi muda adalah generasi yang memikirkan sekitarnya dengan membuat dan membangun kegiatan yang berdampak bagi masyarakat di lingkungannya,”jelasnya.

Lalu, apakah harus merayakan 17 Agustus dengan lomba dan hadiah? kenapa tidak anak muda memprakarsai untuk kegiatan gotong royong di sekitar kediaman mereka misalnya. Karena kemerdekaan bukan di dapat dari hasil balap karung, makan kerupuk atau lainnya, kemerdekaan didapat karena kesamaan suasana kebatinan yang tertekan atas keadaan sehingga timbul semangat gotong royong bahu membahu untuk merebut apa yang seharusnya milik setiap manusia.

Ingat bahwa Merdeka hanya sebuah jembatan, walaupun jembatan emas di seberang jembatan itu jalab pecah dua, satu ke dunia sama rata sama rada dan satu ke dunia sama ratap sama tangis.
Bagaimana kita bisa merayakan kemerdekaan di saat untuk membeli beras saja kita masih sulit? Bagaimana kita merayakan kemerdekaan sedangkan pekerjaan saja tidak ada alias pengangguran?

“Merayakan kemerdekaan dengan segala kegiatan perlombaan, yang andaikan dipahami bahwa biaya itu sama dengan membagikan beras 3 liter per rumah dalam 1 RT. Merubah cara berfikir memang sulit tapi harus dimulai, kaum muda harus mulai berfikir dan menyadari kelemahan kita adalah kurang percaya diri sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri dan manja, padahal kita ini asalnya adalah rakyat gotong royong,”tegasnya.

Ingat Kemerdekaan hanya didapat dan dimiliki oleh bangsa yang jiwanya petarung dengan tekad berkobar dan berjuang, karena pilihannya hanya merdeka atau mati.

Soekarno pernah berpidato di HUT proklamasi 1949, ‘… Kalau pemuda sudah berumur 21, 22 sama sekali tidak berjuang, tidak bercita-cita, tak bergiat untuk tanah air dan bangsa… Pemuda yang begini baiknya digunduli saja kepalanya… berarti Revolusi belum selesai’.

“Indonesia sedang menangis, Indonesia masih belum menjadi tuan atas tanahnya sendiri, Lubuklinggau masih berproses menjadi Kota yang Mandiri Terdepan dan Bermartabat, karena Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh pemuda. Kondisi sekitar kita yang memaksakan merayakan euforia atas penderitaan kita sendiri harus kita hentikan, karena Kita Merdeka tapi belum 100%,”pungkasnya.(Ar/Red)

error: Maaf Di Kunci