MURATARA, Beligatupdate.com – Tradisi adat peninggalan nenek moyang seperti beselang, kuntau dalam penyambutan tamu dan termasuk arakan pengantin di wilayah Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) nyaris hilang dimakan zaman yang semakin canggih.
Seperti yang diungkap Zainudin (56), warga Desa Karang Dapo Kecamatan Karang Dapo. Dirinya menjelaskan bahwa tradisi arakan saat ini hampir punah. Bahkan sangat jarang masyarakat yang kembali menggunakan tradisi arak-arakan pengantin keliling Desa.
“Misalnya ditahun 1999 hingga tahun 2000 tradisi arakan pengantin masih sering dipakai. Sekarang tradisi ini hampir punah. Bahkan dari sekian banyak acara persedekahan setiap tahunya pasangan pengantin saat ini sudah tidak lagi menggunakan tradisi arakan,”jelasnya.
Dilanjutkannya, dalam kegiatan masyarakat seperti gotong royong pun sepertinya akan ditinggalkan, karena terkikis oleh zaman.
“Apalagi dizaman ini, jika perlu sesuatu, sekarang tinggal pesan atau sewa saja. Jadi banyak yang pergeseran budaya, ya seperti gotong royong sepertinya cepat atau lambat akan hilang,”bebernya.
Melihat kondisi tersebut, dirinya menyayangkan di zaman yang serba instan dan modern seperti saat ini, adat istiadat dan budaya mulai dilupakan dikalangan masyarakat.
“Inilah pentingnya peran Pemerintah, dalam hal ini Dinas terkait agar kembali meminta peran aktif tokoh adat maupun tokoh agama guna melestarikan adat yang ada di setiap Desa dan Kecamatan di wilayah Kabupaten Muratara,”harapnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Zami (28) warga setempat. Menurutnya, hampir puluhan tahun baru kali ini kembali ada arak-arakan pengantin. Tradisi arakan pengantin ini sepertinya akan punah jika tidak dipertahankan.
“Arakan pengantin sering terjadi saat dirinya masih kecil. Setiap ada persedekahan pernikahan, pengantinnya akan diarak keliling kampung dengan diiringi musik tradisional dan lagu-lagu daerah,” ceritanya.
Mempertahankan tradisi adat sangat penting, karena hal itu ada tujuan dan maknahnya.
“Yang paling memahami tentu orang-orang lama. Tapi sayang tradisi ini hampir punah. Dan bahkan akan hilang jika tidak ada motor penggerak mempertahankan tradisi,”pungkasnya.
Penulis : Agus Kristianto
Editor : Reki Alpiko